HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINDAKAN HIGIENITAS MENSTRUASI PADA SISWI SMAN 1 NAN SABARIS KABUPATEN PADANG PARIAMAN TAHUN 2009 (Proposal)

EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI

PROPOSAL

(diajukan sebagai tugas mata kuliah Epidemiologi Kesehatan Reproduksi)

 

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINDAKAN HIGIENITAS MENSTRUASI PADA SISWI SMAN 1 NAN SABARIS KABUPATEN PADANG PARIAMAN TAHUN 2009

 

Dosen Pembimbing :

Suryati, S.Pd, M. Kes, Kons

Masrizal, SKM, MBiomed

Dien G.A.N, MKM

Oleh:

NILNA RAHMI ISNA

07122009


 

 

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2009

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja tetapi juga menyangkut segala aspek tentang organ reproduksinya. Terutama untuk remaja putri yang nantinya menjadi seorang wanita yang bertanggung jawab terhadap keturunannya, menjaga higienitas pada saat menstruasi sangat perlu untuk menghindari penyakit infeksi yang nantinya dapat sangat merugikan.

Higiene pada saat menstruasi merupakan komponen hygiene perorangan yang memegang peranan penting dalam status perilaku kesehatan seseorang, termasuk menghindari adanaya gangguan pada fungsi alat reproduksi.

Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007), menyatakan kesehatan seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (Non behavior causes). Perilaku itu sendiri dibentuk dari tiga faktor, yaitu (1) faktor perdisposisi yakni faktor yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku, termasuk di dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai, dan sebagainya; (2) faktor pemungkin yakni faktor yang memungkinkan suatu motivasi atau inspirasi terlaksana, termasuk di dalam faktor ini adalah lingkungan fisik dan tersedianya sarana kesehatan; (3) faktor penguat yakni faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak, termasuk di dalam faktor ini adalah tenaga kesehatan, keluarga, dan teman sebaya.

Dengan demikian, pengetahuan termasuk salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan, yang dalam hal ini tindakan hygiene menstruasi. Pengetahuan akan menstruasi sangat diperlukan untuk dapat mendorong remaja yang mengalami menstruasi agar menjaga higienitasnya pada saat menstruasi. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk melihat apakah ada hubungan antara pengetahuan tentang menstruasi dengan tindakan higinitas pada saat menstruasi.

Identifikasi Masalah

            Beberapa penelitian yang mengidentifikasi perilaku dan sikap remaja perempuan terhadap hygiene menstruasi menunjukkan masih ada remaja perempuan yang berperilaku kurang baik selama masa menstruasi. Toha M dan Krisna D (2004) menemukan sebanyak 32,4 % siswi di SLTP PGRI Ciputat dengan higiene menstruasi yang kurang baik dan 67,6 % siswi dengan perilaku hygiene menstruasi yang baik. Siswi dengan pengetahuan yang baik tentang menstruasi sebanyak 60,4 % dan siswi dengan pengetahuan kurang baik sebanyak 39,6 %. Read the rest of this entry

Sistem Pelayanan Kesehatan Norwegia

PENULIS : Nilna R. Isna

PENDAHULUAN

System kesehatan dijelaskan berdasarkansystem dan komponen-komponen yang berpengaruh dan membentuk system kesehatan itu sendiri. Sebagai tambahan akan disampaikan permasalahan kesehatan yang sekarang sedang terjadi beserta perlunya suatu hubungan yang terintegrasi antara system kesehatan di daerah yang sesuai visi dan misi system kesehatn nasional.

Berbagai perubahan dan tantangan strategis yang mendasar seperti globalisasi, demokratisasi, desentralisasi, krisis multidimensi, serta pemahaman kesehatan sebagai hak asasi dan investasi mendorong terjadinya revisi terhadap system kesehatan yang yang selama inni menjadi dasar pembangunankesehatan.

Secara global, yang terjadi di dunia selama ini adalah adanya variasi outcomes antara poetnsi system dan performance sebenarnya di berbagai Negara berkembang, padahal memiliki sumber dan kesempatan yang relative sama. Hal ini sangat terkait dengan keefektifan dan kemampuan system yang digunakan dalam memberdayakan semua sumber daya untuk menghasilkan outcomes yang diingginkan.

PEMBAHASAN

2.1 Welfare System di Norwegia

Bersama dengan negara-negara Skandinavia lainnya, Denmark dan Swedia, Norwegia adalah salah satu negara yang masih percaya pada mekanisme negara kesejahteraan (welfare state). Selama ini negara-negara tersebut selalu berada dalam peringkat atas HDI. Peringkat tinggi yang dicapai negara-negara Skandinavia tersebut sebenarnya tak terlalu mengherankan apabila dilihat dari aspek kemampuan ekonomi negara dan mapannya sistem pengelolaan jaminan sosial lewat model welfare state.

Asumsi yang mendasar dari model ini adalah bahwa pasar kapitalis memiliki logika yang sekedar mencari keuntungan ekonomi. Implikasinya pasar dianggap tidak akan mampu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat sosial. Sementara di sisi lain negara dianggap ada dan didisain untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Dengan begitu maka negara menjadi institusi utama yang mesti berperan dalam menjalankan pelayanan publik.

Dengan sistem ini maka dimaksudkan bahwa negara memiliki tujuan untuk memastikan bahwa seluruh warga negara mendapatkan keamanan ekonomi dan keamanan sosial (social and economic safety). Negara juga menjamin bahwa semua warga negara berhak mendapatkan kesempatan yang sama dalam pendidikan dan pelayanan kesehatan, tanpa memperhatikan kelas sosial atau pendapatan ekonominya (Ellingson, Mac Donald-2000). Read the rest of this entry

Pengantar Asuransi Kesehatan

Asuransi adalah suatu upaya untuk memberikan perlindungan terhadap kemungkinan yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi.

Asuransi adalah suatu program jaminan pemeliharaan kesehatan kepada masyarakat yang biayanya dipikul bersama melalui prinsip kegotongroyongan dalam mengatasi pembiayaan kesehatan oleh masyarakat yaitu dengan sistem konstribusi terorganisir yang dilaksanakan secara pra-upaya.

Latar belakang adanya asuransi kesehatan :

1. Subsistem pembiayaan

–          Upaya meningkatkan dana

–          Perbaiki penyebaran dan pemanfaatan dana

–          Mengendalikan biaya

2. Sifat/Ciri Pelayanan kesehatan

–          Uncertainty = ketidakpastian akan kebutuhan pelayanan kesehatan, baik tempat, waktu, maupun besar biaya.

–          Asimetry Information = dimana pasien berada pada posisi lemah

–          Eksternality = sakit seseorang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar

3. Merupakan respon atas peningkatan biaya kesehatan

Hal ini diakibatkan karena meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan peningkatan demand masyarakat, peningkatan pertumbuhan dan perkembangan teknologi / industri kedokteran, peran swasta lebih tinggi, jumlah penduduk lebih banyak, dan masalah kesehatan semakin besar baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

4. Kemampuan pemerintah terbatas.

Oleh karena itu, perlu mobilisasi dana dari masyarakat.

Bentuk Pokok Sistem Kesehatan

  1. Policy Maker :Pemerintah yang merumuskan kebijakan
  2. Health Consumer : Pasien atau peserta asuransi yang memanfaatkan
  3. Health Provider : Penyelenggara upaya kesehatan

Secara umum, ada 3 pelaksanaan sistem kesehatan

  1. Monopoli pemerintah : semua upaya kesehatan dilakukan oleh pemerintah, ex : negara sosialis
  2. Dominasi pemerintah : peran pemerintah lebih besar, pengaruh swasta sedikit sekali, ex : negara berkembang
  3. Dominasi swasta : peran pemerintah lebih kecil, pengaruh swasta lebih besar, ex: negara maju